Enam puluh enam tahun yang lalu Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa  Indonesia  menyatakan  kemerdekaannya.  Ketika  itIndonesia menyatakan lepas dari penjajah dengan segala bentuknya. Darah, air mata, dan nyawa para pahlawan  tidak  terkira  untuk  kemerdekaan.  Namun   setelah  6tahun  merdeka, bangsa Indonesia patut merenungkan akan beberapa hal. Apakah benar kita sudah hidup merdeka? Apakah bentuk penjajahan sudah benar-benar hilang dari bumi Indonesia?
Kalau belum, dimana letak kesalahannya? Kita masih merasakan belum bebas dari penderitaan dalam bentuk lain, yaitu masyarakat yang adil dan sejahtera. Kondisi itsuda sangat  begitlatedasangat  membahayakan.  Fenomena  kasat  mata antara lain terlihat dari tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Keadaan demikian sangat terkait dengan masalah Sumber Daya Manusia (SDM).

Sumber Daya Manusia adalah merupakan isu sentral yang selalu menjadi topik hangat untuk didiskusikan semua kalangan. Hal tersebut adalah wajar, karena manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna, terdiri dari berbagai dimensi, memiliki multifungsi dan penuh misteri (Q.S.Attin : 5).
Lalu apa sebenarnya yang disebut mahluk SDM itu? Menurut pendapat prof. DR.  H.  Abdurrahmat  Fathoni,  M.Si  dalam  bukunya  yang  berjudul  Manajemen Sumber  Daya  Manusia menyatakan  bahwa  sumber  daya  manusia  sering disebut sebagai Human Resource, sumber tenaga atau kekuatan manusia (energi atau power), berdasarkan kemampuan, kekuatan, keahlian yang dimiliki oleh manusia (Fathoni, 2006 : 11). Oleh karena itu, untuk menciptakan bangsa yang maju, aman, damai sejahtera, dan benar-benar merdeka, maka sumber daya manusia yang bermutu sangat dibutuhkan, terutama di republik ini.
Sumber Daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan  global,  yakni  bagaimana  menciptakan  SDM  yang  berkualitas  dan memiliki  keterampilan  serta  berdaya  saing  tinggi  dalam  persaingan  global  yang selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40).
Terkait dengan kondisi sumber daya manusia Indonesia yaitu adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.Kondisi SDM yang rendah sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Secara agregat kondisi ini mempengaruhi produktivitas nasional. Hal demikian juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang sementara ini hanya mencapai 6,1% yang berada dibawah target sebesar 6,5%. Pada gilirannya daya saing bangsa juga akan   rendah.   Dengan   kat lain   akumulas berbaga faktor,   kebijakan,   dan kelembagaan yang performanya rendah akan mempengaruhi produktivitas nasional. Karena   it pemerinta harus   memperhatika lebi serius   lag dala hal pengembangan SDM, salah satu jalur penting dalam mengembangkan SDM adalah melalui pendidikan.
Membaca adalah salah satu kegiatan utama yang dijadikan dalih oleh dunia pendidikan kita untuk mencerdaskan bangsanya, dalam artian meningkatkan mutu SDM yang ada di negara bersangkutan. Dengan membaca, kita akan memiliki pengetahuan yang luas. Dengan pengetahuan yang luas, seorang manusia akan memiliki kecakapan untuk bijak dan memiliki toleransi yang kuat dalam menyikapi setiap fenomena kejadian. Dengan keluasan ilmu pengetahuan, seorang manusia akan lebih mudah mengayuh  hidup,  karena melalui ilmu  pengetahuan  kita akan dapat memperkaya cara pandang, membuat pola pikir yang rasional, luas dan berwawasan.
Yang paling utama, dengan bekal ilmu pengetahuan kita akan mampu membangun peradaban bangsa yang makmur dan sejahtera. Ilmu adalah senjata bagi manusia yang ingin sukses di dunia dan akhirat. Karena itulah perintah membaca diletakkan di awal, sebagai permulaan perintah bagi umat manusia.
Sayangnya tradisi membaca yang telah ditunjukkan oleh para founding fathers kita tidak terwarisi secara baik oleh pemimpin-pemimpin berikutnya. Gemerlap pembangunan yang dicanangkan oleh rezim Orde Baru telah mengeliminasi tradisi membaca yang seharusnya menjadi landasan pembangunan itu sendiri hingga saat ini.
Ilmu pengetahuan adalah sebuah informasi. Informasi adalah nyawa peradaban sebuah bangsa, kapan dan di mana pun. Hidup-matinya sebuah peradaban atau maju

terbelakangnya sebuah bangsa sangat ditentukan oleh tingkat penguasaan informasi masyarakatnya. Realitas ini semakin terasa ketika peradaban memasuki  milenium ketiga. Informasi bukan saja menjadi elan vital akan tetapi juga sudah menjadi komoditas yang diperebutkan oleh manusia di pentas kehidupan global ini.
Oleh  karena  itu, menyediakainfrastruktur  yang merata  di  seluruh  lapisan masyarakat akan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi problematika ini. Sebab bagaimana minat baca masyarakat akan tumbuh dan budaya baca akan tercipta apabila masyarakat tidak memiliki akses yang mudah pada sumber informasi (bahan bacaan).
Perpustakaan sebagai wahana belajar mandiri, belajar seumur hidup (long life education) bagi masyarakat merupakan salah satu wadah untuk mencerdaskan umat atau dengan kata lain untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (Sulityo- Basuki, 2010 : 23).
Perpustakaan keliling (mobile library) sebagai bagian dari layanan perpustakaan untuk masyarakat merupakan salah satu perangkat penyelenggaraan pendidikan nonformal yang berupaya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana  diamanatkan  oleh  UUD  1945.  Hakekat  keberadaan  perpustakaan keliling  adalah  pelayanan  bagi  pembaca.  Apa  pun  bentuk  operasionalnya,  yang penting bahan bacaan dapat dimanfaatkan dan dirasakan oleh publik pembaca.
Perpustakaan keliling adalah bagian dari pelayanan perpustakaan umum yang mengunjungi pembacanya dengan menggunakan kendaraan, baik darat (mobil) maupun air (perahu). Dengan kata lain, perpustakaan keliling adalah perpustakaan yang bergerak dengan membawa bahan pustaka untuk melayani masyarakat dari satu tempat ke tempat lain yang belum terjangkau oleh perpustakaan umum (perpustakaan menetap atau stationary library).

Menuju pembangunan nasional. Itulah yang saat ini tengah dijalani oleh bangsa Indonesia. Untuk mencapai hasil pembangunan yang maksimal, salah satu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.  Salah  satu  upaya  meningkatkan  kualitamanusia  Indonesia  adalah melalui program Masyarakat Cinta Perpustakaan” yang didukung dengan pengadaan perpustakaan keliling.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia pada umumnya sangat dipengarunhi oleh minimnya minat baca. Seyogyanya masyarakat sadar bahwa kita sebagai manusia harus selalu belajar dan belajar. Salah satu sumber pembelajaran yaitu membaca buku baik sekedar untuk menambah pengetahuan lebih khusus lagi sebagai media untuk menggali potensi diri demi kemajuan bangsa yang kita cintai ini.
Ini  merupakasalasatu  warning  bagi  masyarakat  Indonesia  khususnya dalam mengejar ketertinggalan dari bangsa lain. Jangan sampai gerakan membaca yang telah dicanangkan oleh pemerintah dibeberapa daerah hanya sebagai simbol belaka. Kehadiran perpustakaan keliling ini wajib kita pergunakan semaksimal mungkin. Tentunya dengan cara menumbuhkan hobi dan minat baca sejak usia anak- anak.
Semua gagasan diatas tentunya bertujuan untuk memajukan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Menghidupkan kembali perpustakaan yang ditandai dengan  padatnya  pengunjung  dan  pembaca  untuk  mencari  ilmu.  Memberi  ruang gerak bagi pembaca untuk lebih kreatif dan inovatif sebagai aplikasi ilmunya. Melahirkan generasi yang berkualitas dalam mengisi pembangunan dan siap bersaing. Mampu menjawab segala tantangan kehidupan dengan percaya diri dan selalu optimis dalam mengembangkan bakat sehingga menjadikan generasi yang mandiri. Kendati perpustakaan bukanlah media utama mencerdaskan masyarakat, tapi kehadirannya telah memberikan  konstribusi yang sangat besar, baik bagi pembaca dan pengunjung maupun kepada kemajuan bangsa. Salah satu tempat untuk membuka tabir  ilmu  pengetahuan  inilah  menjadi  harapan  dan  tujuan  orang  tua  kita  yang  di khsuskan bagi generasi penerus. Hal ini bertjuan agar masyarakat pada umumnya senanatiasa terasah dan teroganisir pola pikirnya, sehingga peradaban dunia yang semakin maju bisa di isi oleh genarasi bangsa sebagai insan intelektual yang berakhlak. tentu kedepannya bangsa Indonesia akan menjadi bangsa bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain.